Home » » Sepatah Kata... Dua Patah Kata... Dusiplin Kuncinya | 7 komentar | Bagikan




Sepatah kata, dua patah kata, bukan berarti selanjutnya patah-patah lalu berserakan semua, tetapi justru dari satu patah, dua patah, dan selanjutnya .... hingga berkumpul membentuk sebuah patahan kalimat, mempola paragraf, kemudian tercipta untaian dalam bentuk halaman yang jika di print akan menjadi buku.

Tidak ada pemaksaan dalam menulis. Terserah, siapa yang butuh, siapa yang bahagia, dan siapa yang terbantu, semua tidak harus.

Dalam antrian yang melelahkan dan membosankan, sepanjang apapun antrian itu, kalau kita ada maksud dan tujuan, membayar tagihan misalnya, maka selain rela menerima berada di urutan keberapa pun antrian kita, mungkin di sisi lain kita akan ada juga usaha tambahan, datang lebih pagi, misalnya --untuk mengantisipasi berada di antrian yang paling panjang-- ketika kita akan membayar tagihan untuk bulan selanjutnya.

Demikian dalam menulis, kebosanan, rasa capek, hilang ide (blank), tidak ada waktu luang, sibuk dengan aktifitas, dan alasan lain akan selalu merongrong kita. Tapi kalau kita sudah mempunyai maksud dan tujuan, kenapa saya suka menulis? untuk apa saya menulis? apa tujuan saya menulis? dlsb...alasan itu dengan sendirinya akan hilang di telan kuatnya keyakinan dan tujuan di akhir tulisan kita.

Menyempatkan waktu, mencicil, menulis topik yang ringan dan pasaran sekalipun, kalau dibiasakan dan terbiasa, itu yang akan membawa seorang penulis kepada ujung tujuan.

Jadi intinya adalah konsekwen dan disiplin. Itu saja. Sudah, tidak akan ada istilah antri apalagi alasan....

Menulis? Kenapa tidak? Bukan kah sudah berkomitmen? Sudah konsekwen?
Belom menulis juga?
Hehehe, ketahuan dech, ini dia orang nya yang belum bisa berdisiplin.....
(Nah lho! ayoooo siapa? :D)



Keelung Hospital, 12.08AM lima menit sebelum mata okti benar2 spaneng....





Diposting oleh Anonim » 08.52
Bagaimana tanggapan anda tentang artikel Sepatah Kata... Dua Patah Kata... Dusiplin Kuncinya ? silahkan berikan komentar Anda, saat ini baru ada 7 komentar :
Anonim
Ayok kontributor yang belom menulis, perlihatkan konsekwen dan kedisiplinan mu! hehehe....
peace...
Ditulis pada 17 April 2010 pukul 09.14 |
Siti Allie Mengatakan :
makasih okti,tulisan nya bikin aku semangat menulis,insyaallah harus bisa
Ditulis pada 17 April 2010 pukul 10.04 |
gw Mengatakan :
nice post..
tapi maaf mbak... "konsekwen" artinya apa ya?
hm... saya coba lihat di kamus besar bahasa Indonesia ataupun kamus bahasa Inggris, ndak nemu... makasih banyak ^_^
Ditulis pada 17 April 2010 pukul 16.50 |
Afiani Gobel Mengatakan :
Ayoo semua.. semangat lagi..

Makin suka memasak kata-kata.. :)
Ditulis pada 17 April 2010 pukul 22.03 |
pathetic-poetic Mengatakan :
saya ngaku belum konsekuen..... T_T
Ditulis pada 6 Mei 2010 pukul 03.53 |
pathetic-poetic Mengatakan :
tapi tunggu ya tulisan saya besok.
B)
Ditulis pada 6 Mei 2010 pukul 03.54 |
Yesi Moci Mengatakan :
Jadi malu belum pernah posting tulisan disini. Ngaku-nya kontributor Nulis Bareng, tapi kok tulisannya belum ada. Hmm... apa ya yang cocok untuk ditulis disini? Apa tulisan-tulisan yang ada di blog-ku saja kali, ya? Ada yang mau ngasih saran?
Ditulis pada 24 Mei 2010 pukul 19.23 |

Silahkan Beri Komentar Anda

 

Pengikut

Copyright © Dapur Tulisan
Original template Minima by Douglas Bowman Edited By Agus S - Blogger - Jump to TOP